Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unversitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Dr. Bety D.S. Hetharion, M.Pd, memberikan Kuliah Umum di Universitas Banda Naira (UBN), Senin (1/7/2024).
Kuliah Umum ini mengusung tema “Pendidikan Karakter Berbasis Lokal Wisdom di Perguruan Tinggi Menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045.”
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan kolaborasi yang diselengarakan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UBN dan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unpatti dalam implementasi Memorandum of Understanding (MoU) yang diteken oleh keduanya. Usai melaksanakan studi tour dan wisata sejarah serta pentas seni budaya kolaboratif yang berlangsung di Banda Naira pada 28-30 Juni 2024.
Dr. Bety D.S. Hetharion, M.Pd, dalam presentasinya menjelaskan, bahwa untuk membangun generasi emas menyongsong usia Indonesia genap 100 tahun pada 2045 mendatang, maka yang diharapkan oleh negara untuk generasi bangsa adalah harus terpelajar, cerdas Inovativ, berkarakter, sehat dan berperadaban unggul.
Menurut mantan ketua program studi pendidikan sejarah FKIP Unpatti itu, bahwa nilai dan krakter harus ditanamkan sejak dini kepada generasi bangsa. Nilai krakter itu dapat digali dari kearifan local yang dimiliki oleh setiap daerah dan sukubagsa. “Sejarah dan Budaya local banyak menyimpaan nilai-nilai karakter itu.” Ungkapnya.
Di perguruan tinggi kata Bety, sejarah tidak sekedar diajarkan untuk menjawab peratanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (5W 1 H). Akan tetapi, perlu menghadirkan makna dan nilai yang terkandung di dalam setiap peristiwa. Termasuk nilai budaya dan kearifan local yang hidup di masyarakat.
“Tradisi cuci parigi pusaka di Negeri Lonthoir, misalnya banyak nilai yang dapat dijadikan pegangan bagi generasi Banda. Nilai agama, kerjasama (gotong royong), nilai kebersihan (ekologis) dan lainnya. Nilai itu perlu digali dan dipraktekan di dalam masyarakat untuk menghasilkan generasi bangsa yang berkadaban, sehingga kita tidak terjebak dengan budaya kehidupan yang bebas tanpa terbatas oleh arus deras teknologi digital saat ini.” Ujar Bety, mencontohkan.
Kuliah umum ini dipandu oleh dosen Pendidikan Sejarah FKIP UBN Winto, M.Pd dan dihadiri oleh Dekan FKIP UBN Kasman Renyaan, S.Pd., M.Pd, serta sejumlah dosen dan mahasiswa dari kedua program studi.
Usai diskusi, kegiatan kolaboratif kedua prodi sejarah itu kemudian ditutup secara resmi oleh Dekan FKIP UBN Kasman Renyaan, S.Pd., M.Pd, sebagai penada berakhirnya seluruh rangkaian kegiatan kolaboratif yang dilaksanakan oleh dari kedua prodi pencetak guru sejarah di Maluku itu. ** (K.R).